topmetro.news – Penganan dari sagu biasa disebut masyarakat Kabupaten Aceh Singkil dengan nama ‘Gedah Sagu’, kini jadi menu utama yang disuguhkan warga sekitar destinasi wisata Rawa Singkil Lae Treup.
Menu andalan ini sangat dinikmati bila ditambah dengan kuah santan campur ikan lele asli dari Sungai Rawa Singkil.
“Penganan dari sagu ini sangat nikmat. Dan namanya yang unik tidak ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia. Membuat mereka yang melihat pasti akan penasaran dan ingin mencobanya,” ucap Bupati Aceh Singkil Dulmusrid.
Hal itu disampaikannya di sela sela acara Rakor Kecamatan Singkil di destinasi wisata Lae Treup, Selasa (7/7/2020).
Kata bupati, rasanya yang gurih dicampur kuah santan yang diracik sekian rupa oleh ibu-ibu itu, sungguh mengundang selera. “Sangat cocok dimakan saat saat santai,” katanya.
Lestarikan Gedah Sagu
Menurutnya, ini harus dipertahankan dan dilestarikan. “Untuk nantinya jadi menu andalan di saat para pelancong mengunjungi destinasi wisata Rawa Singkil ini,” tutur Dulmusrid.
Lanjutnya, dia selalu disuguhkan makanan itu saat berkunjung kesana. “Saya selalu disuguhkan ‘Gedah Sagu’ bila mengunjungi destinasi wisata Rawa Singkil ini. Dan saya sangat menyukainya,” terang Dumusrid.
Gedah sagu merupakan salah satu makanan khas Suku Singkil yang mendiami dua daerah di Aceh yakni Aceh Singkil dan Kota Subulussalam. Penganan yang bahan dasarnya berasal dari sagu itu sangat populer hingga sekarang.
Sagu sendiri adalah tepung atau olahan yang diperoleh dari pemrosesan teras batang rumbia atau ‘pohon sagu.
Bagi masyarakat Suku Singkil, jika pada acara ngumpul-ngumpul sama sanak saudara tanpa ada hidangan makanan tradisional itu, serasa ada yang kurang lengkap. Gedah Sagu sering dijadikan oleh-oleh ketika berkunjung ke rumah kerabat, saudara, rumah mertua, dan orang lain.
reporter | Rusid Hidayat Berutu